Yes the World is Wrong
Sebuah diskusi dengan diri sendiri.
Mengapa kita merasa tidak bahagia? Mengapa setelah mengumpulkan semua hal yang dunia janjikan akan membawa kebahagiaan seperti rumah, mobil, jabatan masih tetap ada rasa tidak puas di sudut hati ini. Mengapa setelah mengikuti pola hidup yang kita anggap benar selama ini, penyakit malah mucul satu per satu di usia 30 tahunan? Mengapa setelah berdoa ketenangan hati dan pikiran tidak juga muncul, rasa iritasi terhadap pasangan, perasaan negatif ke orang lain tetap saja ada? Mengapa? Mengapa? Mengapa?
Salahkah jika setelah mengikuti apa yang dunia ini program dari kecil di sekolah, di media masa, di lingkungan tetapi kebahagiaan yang dicari juga tidak ada disana? Pernah menjadi juara di kelas, menjadi anak yang penurut, mengikuti norma di masyarakat, “become a good boy” tapi dimana kebahagiaan itu? Apakah perlu tetap bebal membuang 30 tahun berikutnya dari hidup ini untuk membuktikan kebohongan yang dunia ini ajarkan?
Setelah 30 tahun hidup ini beranikah kita melihat cermin dan melihat hasil output dari yang dunia ini ajarkan pada diri kita? Beranikah kita jujur pada diri sendiri bahwa it is not gonna work. Input yang sama akan menghasilkan output yang sama, berkaca kembali dan melihat secara jelas perubahan output seperti apa yang kita inginkan dan jalan untuk mencapainya. Kita mungkin tidak bisa merubah dunia dan orang lain, tetapi kita punya kuasa penuh atas diri kita. Mau menjalani hidup yang seperti apa, makan apa, kegiatan yang seperti apa ada di tangan kita. Apakah setelah 30 tahun ini kita ingin tetap menjalankan pola lama yang dunia ini ajarkan dengan output yang sudah kita lihat membawa kita kemana dalam 30 tahun ini. Atau kita mau belajar untuk take responsibility dengan melakukan semua aksi dan tindakan kita dengan penuh kesadaran.
Everything start from why
Mengapa kita harus minum susu agar 4 sehat 5 sempurna jika setelah minum susu badan kita merasa kembung? Bukankah leluhur kita di Indonesia hidup biasa saja tanpa susu? Apakah kita lebih percaya iklan dibandingkan dengan respon badan kita sendiri yang sudah menemani kita sejak lahir? Mengapa kita harus makan roti, tepung-tepungan, micin yang membuat kita terlalu lahap makan sampai obesitas, naik tangga saja sampai ngos-ngosan, lutut sakit? Sampai kapan kita mau menyiksa badan kita? Mengapa kita harus berdebat dengan istri terkait pola hidup padahal kita bisa berubah tanpa terikat dengan orang lain. The list goes on, there is no silver bullet, semua orang memiliki preferensinya sendiri terkait hidup idealnya masing-masing. Pertanyaannya apakah kita sudah hidup dengan jujur menjalani hidup yang hati kita inginkan ataukan menjalani versi hidup ideal yang dunia bisikan ke kita?